Rabu, 11 Februari 2009

OLAHRAGA, AMAN BAGI PENDERITA ASMA

BANYAK yang menyangka penderita asma tidak boleh berolahraga. Padahal, itu salah. Niniek Soetini SStFT, pemimpin Klinik Fisioterapi RS Siloam Hospital Surabaya, menjelaskan, keberhasilan pengobatan asma tak hanya ditentukan oleh obat-obatan yang dikonsumsi. Faktor gizi dan olahraga juga sangat berperan.

Olahraga dalam konteks penyakit asma, kata dia, bertujuan mengurangi sesak napas serta meningkatkan kemampuan fisik. Karena itu, penderita asma akan merasa lebih nyaman. Hal itu ditandai oleh berkurangnya sesak napas, panik, cemas, serta depresi, sehingga pola tidur membaik dan percaya diri meningkat.

Dengan berolahraga, kekuatan dan ketahanan otot, terutama otot pernapasan penderita, diharapkan membaik. "Kemampuan fungsional seperti aktivitas sehari-hari diharapkan juga meningkat," jelasnya.

Memang, tidak sembarang olahraga bisa dilakukan penderita asma. Menurut Niniek, olah tubuh yang tepat bagi penderita asma adalah senam asma. Senam tersebut bermanfaat untuk memperkuat otot-otot pernapasan, otot bantu pernapasan, serta meningkatkan kapasitas embusan napas. Caranya, antara lain, berlatih napas perut serta mengulur otot-otot yang cenderung memendek akibat pola napas yang asmatis (pendek dan cepat).

Meski demikian, senam asma tidak boleh dilakukan sembarangan. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Tujuannya, menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Niniek menyatakan, saat senam, orang yang bersangkutan tidak sedang mengalami serangan asma atau masih mengalami sesak dan batuk. Penderita juga tidak berkondisi gagal jantung serta kondisi kesehatannya tidak sedang menurun, misalnya flu, kurang tidur, atau baru sembuh dari sakit.

"Senam dilakukan dalam waktu bertingkat, mulai 20 menit hingga 60 menit, serta bertahap, mulai yang ringan hingga berat," kata ibu tiga anak tersebut.

Hal itu diikuti frekuensi yang semakin lama semakin meningkat. Mulai tiga kali per minggu sampai lima kali per minggu.

Sejatinya, senam asma tidak jauh berbeda dari senam umumnya. Diawali pemanasan, dilanjutkan peregangan, inti, dan diakhiri pendinginan. "Lakukan gerakan sesuai urutan. Yang jelas, pemanasan wajib dilakukan sebagai persiapan agar sistem tubuh siap menerima beban fisik yang meningkat," tegasnya.

Prinsip gerakan pemanasan adalah melakukan gerakan bebas tanpa beban dengan melibatkan seluruh sendi tubuh. Misalnya, mengangkat pundak, berlari-lari kecil, menggerakkan tangan, atau menolehkan leher ke kiri dan ke kanan. Sementara itu, peregangan bisa dilakukan dengan memutar pinggang ke kanan dan kiri, meregangkan otot-otot lengan ke atas, depan, dan ke belakang.

Untuk gerakan inti, bisa dilakukan senam aerobik low impact. Aerobik dilakukan supaya tubuh bisa menghasilkan pembakaran O2 tinggi untuk meningkatkan embusan napas. Gerakan yang terakhir adalah pendinginan. Dalam pendinginan, dilakukan gerakan-gerakan lambat agar otot-otot kembali seperti keadaan semula. Caranya, menggerakkan tangan sambil menarik napas pelan-pelan.

Selain itu, untuk mengurangi kepanikan saat serangan asma melanda, Niniek memberikan beberapa tip. "Segera minum atau hirup obat yang biasa digunakan," ujar wanita berkacamata itu.

Jika sedang berdiri, sandarkan tubuh ke tembok dengan kepala bertumpu dan menunduk. Bisa juga dengan duduk, lalu badan dicondongkan ke depan ke arah meja. Bagian dada di sanggah bantal. Kepala bertumpu pada tangan. "Hal itu ditujukan memudahkan bernapas," jelasnya.


1 komentar:

  1. ada gamabrax g supya sy bisa menirunya,,kebutlan sy jg seorang penderita sesak nafas..

    BalasHapus