Rabu, 11 Februari 2009

Otot Kaku dan Gemetar, Waspadai Parkinson

Surabaya, 2 Januari 2009

Kiatsehat.Tidak semua penyakit bisa disembuhkan, meski telah ada obatnya, beberapa penyakit hanya bisa diperlambat progresivitasnya. Salah satunya adalah Parkinson. Parkinson Desease (PD) merupakan penyakit neurodegeneratif progresif pada usia lanjut. PD mengenai sekitar 2% populasi manula diatas usia 60 tahun, dan merupakan penyakit neurodegenerative terbanyak kedua setelah Alzheimer. Gejala penyakit ini sudah tercantum dalam kitab pengobatan India kuno Ayurveda dengan nama Kampavata, juga tercantum dalam medical literature Eropa kuno, oleh Galen pada AD 175. Tetapi baru pada tahun 1817 sebuah uraian medis terperinci mengenai penyakit ini ditulis oleh dr. James Parkinson dalam “An Essay on The Shaking Palsy”. 60 tahun kemudian seorang neurologist dari perancis dr. Jean Martin Charcot menyatakan bahwa yang diuraikan tersebut adalah sebuah penyakit, yang kemudian disebut sebagai sindroma Parkinson.

Kerusakan otak dikatakan sebagai penyebab utama PD. Untuk mengerti tentang PD, terlebih dahulu kita harus memahami tentang bagaimana otak berfungsi. Demikian disampaikan dr. Linardi Widjaya, SpS(K) pada Sunday Talkshow “Mensiasati Hidup bersama PARKINSON” di Siloam Hospitals Surabaya, Minggu (1/2). Unit terkecil dari otak adalah sel yang disebut neuron, karena ukurannya yang kecil, untuk mencapai otot neuron-neuron ini sambung menyambung dari otak sampai saraf paling tepi. Rangkaian sambung menyambung ini membawa perintah gerak motoris dari otak ke otot dan sebaliknya rangkaian neuron sensoris membawa berita dari tepi tubuh menuju ke otak. Supaya perintah dari otak bisa sampai ke saraf dibawah, tiap neuron dalam rangkaian saraf itu harus memiliki sarana komunikasi satu sama lain. Komunikasi ini terjadi pada sinaps yakni tonjolan dari neuron yang letaknya hampir saling menempel dan saling berdekatan. Komunikasi antar neuron terjadi memakai zat cair yang disebut neurotransmitter yang meloncat dari satu neuron ke neuron yang lain melompati celah sempit antara tonjolan pada sinaps. Untuk bisa melakukan gerak motoris, neurotransmitter yang dipakai adalah DOPAMIN dan ACETYL-CHOLIN. DOPAMIN sebagian besar dibuat oleh sekelompok neuron yang disebut substansia nigra yang berada di basal ganglia pada bagian bawah / dasar dari otak. Namun ada juga beberapa bagian dari jaringan saraf yang memproduksi DOPAMIN guna keperluannya sendiri. Jumlah DOPAMIN dan ACETYL CHOLIN seimbang pada otak sehat manusia sehingga gerak motoris akan berjalan mulus. Tapi apa yang terjadi, bila ada kerusakan pada substansia nigra, sehingga tak mampu menghasilkan DOPAMIN ?. Inilah yang mendasari munculnya penyakit Parkinson.

Banyak faktor yang menjadi penyebab PD. Faktor genetik atau keturunan merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya PD. Selain itu jenis kelamin juga merupakan faktor lain penyebab PD. Dikatakan bahwa pria lebih banyak terkena Parkinson, meski wanita pasca hysterectomy atau menopause juga beresiko. Faktor lainnya seperti lingkungan, riwayat keluarga, usia lanjut, lingkungan kerja (pekerja di lingkungan pertanian beresiko tercemar racun dari pestisida), dan kurangnya asupan vitamin B dan olahraga serta trauma akibat cidera kepala.

Menurut dr. Yanna Saelan,SpS yang turut hadir sebagai narasumber mengatakan bahwa gejala PD adalah individual, amat bervariasi dari yang sedikit gejala sampai yang banyak. Umumnya diawali gejala motoris seperti kekakuan otot (rigiditas), gemetar (tremor), gerakan melambat (Bradykinesia) dan kesulitan melangkah (gait disturbance). Selain itu ada gejala non motorik yang dibedakan atas gejala neuropsikiatrik dan kognitif seperti depresi, cemas, psikosis (“gejala gila”), demensia (pikun), apati (acuh), kelelahan, dan gangguan tidur (kesulitan tidur, gelisah dan berbagai mimpi buruk). Gejala autonomic seperti gangguan BAB dan BAK (konstipasi), gangguan berkemih, keringat berlebih (hyperhydrosis), disfungsi (kegelisahan) secara seksual, dan sialorrhea (ngiler). Gejala lainnya yakni gejala sensory seperti nyeri, rasa baal (tebal di beberapa bagian tubuh yang diserang Parkinson), kesemutan, rasa terbakar (burning sensation), kehilangan kemampuan pembauan, rasa gatal, kram otot (bisa terjadi di semua otot bagian tubuh), kekakuan, nyeri karena rangsangan paada akar saraf (radikolopati, bisa disebabkan karena posisi duduk yang salah) dan nyeri persendian.

Nutrisi yang baik penting, karena Parkinson apalagi bila pasien mengalami depresi atau mual akibat obat (terutama kelompok dopamine agonist) dan adanya brandykinesi yang mempersulit proses mengunyah / menelan makanan hingga selera makan hilang. Untuk gangguan tersebut sebaiknya berikan makanan lunak agar tidak perlu banyak mengunyah dan menambah makanan berserat seperti agar–agar yang dapat mengurangi obstipasi. Hingga kini tidak ada vitamin / food additif yang bisa mengurangi gejala PD. Bahkan penelitian skala besar menunjukkan bahwa vitamin E tidak ada manfaatnya untuk menghambat progresivitas Parkinson.

Fisioterapi atau terapi fisik dengan massage atau terapi okupasional amat bermanfaat mengurangi kekakuan otot. Niniek Soetini, SSt.Ft, Ahli Fisioterapi Siloam Hospitals Surabaya mengatakan bahwa latihan pada penderita Parkinson harus berlanjut dengan level aktivitas sesuai dengan kemunduran penyakit. Menurutnya latihan pada penderita PD bukan hanya dibutuhkan ketekunan, namun ketaatan pasien minum obat secara rutin sesuai dengan dosis dan jenis yang dianjurkan oleh dokter akan sangat membantu terapi latihan. “Jika otot terkontrol, melatihnya bagus maka goal (tujuan) yang ingin dicapai yakni kekuatan dan koordinasi otot otomatis meningkat,” ujar Niniek. Ia menambahkan bahwa rahasia suksesnya latihan pada Parkinson terletak pada latihan yang dilakukan sesering mungkin bukan selama mungkin. “Lakukan sedikit-sedikit tapi sering,” tegasnya. Cepat atau lambatnya terapi fisik terletak pada asupan gizi, progresivitas penyakit, asupan obat yang tepat jenis dan dosis, dan ketaatan pasien yang terprogram oleh ahli terapi. Ia bahkan pernah menangani pasien Parkinson yang berlatih selama 6 tahun, hingga menunjukkan tanda progress. Parkinson tidak bisa disembuhkan, namun dengan pengobatan yang tepat sesuai jenis dan dosis serta latihan yang benar maka penyakit ini dapat diperlambat progresivitasnya.Tika

Keterangan Foto :

1.Sunday Talkshow “Mensiasati Hidup bersama PARKINSON” di Siloam Hospitals Surabaya

2.dr. Linardi Widjaya, SpS(K)

3.dr. Yanna Saelan,SpS

4.Niniek Soetini, SSt.Ft,

2 komentar:

  1. efektif ga kalau pasien PD diberi frenkel's exercise?

    BalasHapus
  2. Apakah termasuk parkinson otot kaku ketika olah raga?

    kunjung balik..!

    BalasHapus